Selasa, 24 November 2015

TEKS SEJARAH "Karesidenan, Museum Diponegoro"

SEJARAH KARESIDENAN
MUSEUM DIPONEGORO


            Karisidenan dibangun pihak Belanda pada tahun 1810. Karisidenan dibangun untuk kantor pemerintahan pusat pihak Belanda di Magelang. Karisidenan membawahi 6 wilayah. Wilayah tersebut meliputi :


  1.  Kabupaten Purworejo
  2. Kabupaten Kebumen
  3. Kabupaten Wonosobo
  4. Kabupaten Temanggung
  5. Kabupaten Magelang
  6. Kota Magelang

Di Karisidenan dikepalai oleh seorang Residen Kedu. Karisidenan sebagai tempat pemantauan dari kabupaten untuk penghubung atau untuk perwakilan dari Semarang.
            Dalam Karisidenan terdapat kamar ( petilasan ) Pangeran Diponegoro. Tidak dikatakan sebagai museum karena tempat tersebut kecil dan peninggalannya hanya sebatas peralatan yang pernah dipergunakan oleh Pangeran Diponegoro. Kamar ( petilasan ) tersebut itu dulunya sebagai tempat perundingan Pangeran Diponegoro. Perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Perundingan tersebut dilakukan untuk membicarakan kerugian yang diperoleh Belanda karena Perang Babat Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Kurang lebih 15.000 tentara Belanda meninggal akibat perang tersebut. Tujuan sebenarnya Belanda mengadakan perundingan tersebut hanya untuk menjebak Pangeran Diponegoro dan ingin menangkapnya. Mengetahui hal tersebut Pangeran Diponegoro menahan amarahnya.
            Dalam petilasan tersebut terdapat barang-barang peninggalan Pangeran Diponegoro. Peninggalan tersebut meliputi meja kursi yang pernah digunakan Pangeran Diponegoro untk berunding. Di kursi yang diduduki Pangeran Diponegoro masih terlihat bekas tangan Pangeran Diponegoro akibat kemarahan yang ia tahan karena mengetahui Belanda menjebaknya. Kemudian terdapat jubah yang digunkan Pangeran Diponegoro dahulu yang sudah usang termakan usia. Para ahli sejarah mengatakan bahwa percikan seperti darah yang ada pada jubah bisa jadi itu kotoran pada jubah yang termakan usia, ada juga sejarawan yang mengatakan bahwa itu bukan kotoran melainkan percikan darah Pangeran Diponegoro. Jadi sampai saat ini belum bisa dipastikan itu kotoran atau percikan darah. Ada juga satu set cangkir bekas Pangeran Diponegoro yang pernah beliau gunakan untuk ritual. Ada 7 buah cangkir yang digunakan dan setiap cangkir berbeda jenis minumannya.  Terdapat juga sebuah kitab yang ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro menggunkan tinta merah dan hitam. Ditulis dengan arab kuno dan tanpa harakat. Dalam kitab terebut berisi tentang pelajaran agama islam dan tentang strategi Perang Diponegoro.
Disusun Oleh :

Almira Palufi K.                       XII IPS 4 / 01
Choirunnisa Nabila S.              XII IPS 4 / 03
M. Fahrizal                              XII IPS 4 / 13
Zora Nayaka W.                       XII IPS 4 / 24

Minggu, 22 November 2015

TEKS SEJARAH "Orang Terdekat"

WANITA TANPA TANDA JASA
( Oleh : Choirunnisa Nabila Safitri )
     Telah lahir dengan  selamat seseorang bayi perempuan pada tanggal 17 April 1968 dari pasangan suami istri Soekarman dan Siti Rahayu. Perempuan yang telah lahir itu diberi nama Pudji Astuti Ngesti Utami. Beliau adalah putri ke-7 dari 8 bersaudara. Ayahnya adalah seorang guru SD yang sangat mementingkan kedisiplinan, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang penyabar dan selalu “nrimo” dengan kehidupan sederhananya.
     Sejak kecil Pudji tinggal bersama orang tuanya di sebuah rumah dinas milik pemerintah. Rumah yang kecil dan sederhana itu ia tinggali bersama ke-7 saudaranya.
     Pudji mulai sekolah umur 7 tahun yaitu di SD Magelang 6. Sejak kecil ia dan saudaranya telah dilatih untuk disiplin membagi waktu. Masih diingatnya waktu itu, ia ingin bersekolah di SD yang satu kompleks dengan rumah dinas ayahnya, tetapi ayahnya tidak mengizinkan karena belum genap umur 7 tahun. Ketika usia 7 tahun ia mendaftar sendiri ke SD tempat ayahnya mengajar.
     Selama masa SD banyak hal positif yang dapat ia capai, contohnya ia mengikuti lomba menari, lomba menggambar, lomba membuat kerajinan dari daun pisang. Walaupun belum pernah menjadi juara ia mendapat pengalaman berharga.
     Tahun  1981 ia memasuki dunia baru. Ia masuk SMP di SMP N 1 Magelang. Selama di SMP ia lebih banyak mengikuti kegiatan olahraga. Ia tidak diperbolehkan ayahnya mngikuti kegiatan yang menyita waktu sehingga mengganggu aktivitas belajarnya. Beberapa perlombaan dan pertandingan pernah diikuti, misalnya perlombaan baris-berbaris hingga tingkat provinsi dan pertandingan bulutangkis antar pelajar se-Magelang. Tidak ada yang istimewa di masa SMP nya.
     Tahun ajaran 1984 / 1985 ia memasuki dunia SMA. Di SMA N 1 Magelang tempat ia menimba ilmu. Di SMA ia tidak pernah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Ia fokus pada kegiatan belajar. Masa SMA pun ia lalui dengan biasa saja tidak ada yang istimewa.
     Tahun 1987/1988 ia masuk gerbang perkuliahan. Di UNEJ ( Universitas Negeri Jember ) ia mulai merintis  masa depannya. Empat setengah tahun ia lalui hanya berkutat dengan buku. Hingga akhirnya ia lulus.
     Sesuai dengan ijazahnya, ia mulai melamar pekerjaan. Menjadi pegawai pemerintah / negeri adalah hal yang dia inginkan. Namun, keingannya itu sepertinya sulit untuk diwujudkan. Tahun 1995, ia diterima sebagai staf pengajar di sebuah lembaga bimbingan. Selama mengajar tidak ada kendala yang berarti. Tahun 2012 ia kehilangan ayahnya. Walaupun tidak begitu dekat, tapi ia sangat kehilangan karena ayahnya lah yang mengajarkan arti kehidupan.

     Pudji menikah tahun 1998 dan dikaruniai seorang putri tahun 1999 yang ia beri nama Choirunnisa Nabila Safitri. Tapi sayang umur pernikahannya tidak lama. Ketika berumur 3 bulan putrinya kehilangan ayahnya karena meninggal dunia. Selama 2 tahun ia hidup sendiri membesarkan putrinya. Kemudian tahun 2001 ia menikah lagi dan mendapatkan 2 orang putra. Ketiga anaknya lah yang membuat hidupnya bahagia. Mereka adalah jiwa dan hartanya yang tak ternilai. Senyum mereka adalah senyumnya dan tangis mereka adalah tangisnya.

IKLAN "Bahaya Merokok"

IKLAN
( Oleh : Choirunnisa Nabila Safitri )
Iklan atau dalam Bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi benda seperti barang, jasa, tempat usaha, dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Manajemen pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan, dan promosi penjualan.
Ada beberapa macam iklan yaitu ;
1.    Iklan Keluarga
2.    Iklan Niaga
3.    Iklan pengumuman
4.    Iklan Baris
5.    Iklan Layanan Masyarakat
Berikut ini saya akan memberikan satu contoh iklan layanan masyarakat :

Dari iklan tersebut dapat kita lihat struktur nya, yaitu :
Orientasi             : STOP MEROKOK!
Tubuh Iklan        : Tidak merokok merupakan pilihan. Karena banyak dampak buruk dari                                                          merokok. Resiko terberat adalah kematian.
Justifikasi            : Nikmati hidupmu tanpa merokok!

Makna Iklan :

Warna merah pada gambar melambangkan semangat yang menggebu-gebu yang menekankan untuk  berhenti merokok. Dilengkapi dengan tanda seru yang berarti pembuat iklan benar-benar menginginkan masyarakat  yang merokok untuk berhenti merokok karena berbagai akibat buruk yang akan ditimbulkan. Baik  bagi perokok pasif maupun perokok aktif. Tanda centang kecil berwarna hijau melambangkan sebuah kebenaran jika seseorang memilih untuk tidak merokok. Latar belakan putih merupakan bentuk kesucian, yang berarti seseorang yang tidak merokok tidak mudah terserang penyakit karena mampu menjaga dirinya.

Jumat, 20 November 2015

TEKS BERITA : LIGA SMADA "BASIST JAYA"


BASIST JAYA
( Oleh : Choirunnisa Nabila Safitri )
 

     Kamis, 19 November 2015 kelas gabungan XII IPS 3, 4 ( Basist Jaya ) melaksanakan pertandingan sepak bola melawan kelas gabungan XI IPA 3, dan XI IPS 2. Pertandingan dimulai pukul 15.30 dan satu babak dihitung 25 menit karena keterlambatan peserta.
       Babak pertama pun dimulai, suasana menjadi tegang karena lawan yang cukup berat. Tetapi itu semua tidak membuat tim Basist Jaya gentar. Mereka tetap semangat dan pantang menyerah demi mencapai kemenangan dengan motto mereka “Pantang Pulang Sebelum Menang”. Pertandingan pertama berjalan dengan baik dan skor tetap 0-0. Dengan hasil belum maksimal itu menambah ketegangan para penonton terutama para suporter Basist Jaya. Tetapi mereka tetap optimis dan percaya kepada para pemain bahwa mereka dapat mencapai kemenangan.
         Waktu istirahat pun mereka gunakan untuk membahas strategi dan cara agar dapat mancapai kemenangan. Dengan dukungan dan doa para pemain maupun para supporter babak kedua pun dimulai.
 
         
        Ketengan mulai muncul kembali. Suasana resah gelisah menyelimuti para penonton terutama para supporter Basist Jaya. Tak henti-hentinya mereka berdoa demi kelancaran dan agar diberi kemenangan. Ketegangan bertambah karena  2 orang pemain Basist Jaya mendapat kartu kuning. Namun mereka tetap semangat dan pantang menyerah. Pertandingan pun dilanjutkan dan ketegangan memuncak ketika seorang pemain Basist Jaya tumbang karena berduel dan kakinya pun cidera. Perasaan takut menyelimuti para supporter Basist Jaya meningkat, tetapi itu semua dapat ditepis karena seorang pemain Basist Jaya mampu mencetak gol. Perasaan haru, senang, gembira, menjadi satu. Teriakan dari para supporter pun terdengar sangat keras.
     Babak kedua diakhiri oleh kemenangan Basist Jaya dengan skor 1-0. Terbayarlah sudah keringat mereka dengan kemenangan. Basist Jaya pun berhasil untuk masuk final menuju GOR Soebroto.